Alex Prabu: Pimpinan Sekolah Itu Harus Menjadi Pamong Bagi Seluruh Civitas Pendidikan

waktu baca 3 menit
Kamis, 7 Nov 2019 20:53 0 8273 Redaksi

MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Tangerang Selatan, Terkait adanya insiden kekerasan dilingkungan sekolah Madrasah Pembangunan (MP) UIN Ciputat, Kota Tangerang Selatan, anggota komisi 2 bidang Pendidikan DPRD Kota Tangerang Selatan dari fraksi PSI, Drs Alexander Prabu MPd menyatakan keprihatinannya yang mendalam.

Melalui wawancara yang eksklusif, hanya kepada MediaBantenCyber.co.id (MBC), pada Kamis (7/11/2019) siang, mantan guru senior tahun 2008 hingga 2019 di sekolah swasta Santa Ursula BSD city tersebut menuturkan keprihatinan dan kegeramannya atas masih adanya tindak kekerasan yang terjadi dilingkungan sekolah.

Menurut Alex Prabu, kekerasan dan tindakan insiden apa saja yang sifatnya tidak dan kurang baik dilingkungan sekolah, seharusnya akan dapat dihindari apabila pihak pimpinan sekolah dapat menjadi Pamong (Pendidik dan Pengasuh) bagi seluruh civitas pendidikan yang ada dalam lingkungan sekolah. Dan salah satu instrumen yang terpenting sebagai Pamong di sekolah adalah adanya sarana komunikasi dan dialogis yang seimbang antara pimpinan sekolah (Kepsek) dengan para guru dan juga dengan para siswa, termasuk dengan Orangtua siswa yang diwakili oleh komite sekolah.

“Pimpinan sekolah itu harus dapat menjadi Pamong yang baik bagi lingkungan sekolahnya. Kepala sekolah beserta guru – guru harus mau telaten setiap hari dan setiap saat untuk memperhatikan satu persatu perilaku anak – anak didiknya di sekolah. Janganlah di jadikan alasan hanya karena penghasilan atau gaji yang tidak cukup, lantas kita mengabaikan peranan kita sebagai Pamong bagi anak didik kita. Ingatlah, yang sedang kita bina dan bentuk karakternya itu adalah manusia, bukan robot. Membina dan membentuk karakter manusia itu butuh keteladanan, kesabaran, kearifan dan sikap welas asih tingkat tinggi,” tandas Alex Prabu.

Sementara itu, Sipri Peren Mantan Koordinator Pendidikan Sekolah Candle Tree School, Serpong Utara, menyatakan, terjadinya kekerasan terhadap siswa di lingkungan sekolah MP UIN oleh para alumninya merupakan wujud dari kegagalan dalam pengawasan oleh pimpinan sekolah. Karena menurut Sipri Peren, alumni tetaplah alumni, mereka hanya bagian dari keluarga besar sekolah, tetapi bukan lagi sebagai seorang siswa yang sepenuhnya mengambil peranan dalam setiap kegiatan di sekolah. Siapapun ketika masuk ke lingkungan sekolah, dia harus mengikuti prosedur, aturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah tersebut.

“Sekolah itu adalah tempatnya para siswa yang masih aktif dalam proses belajar mengajar di sekolah. Semua kegiatan apapun juga yang mengambil peranan utama itu adalah siswa kelas 11 dan 12 dengan mendapat bimbingan serta arahan dari para guru pendamping. Andaikan dalam momen atau event tertentu sekolah melibatkan para alumni, itu sifatnya terbatas dan tetap dalam koordinasi dan pengawasan kepala sekolah. Misalkan memberikan testimoni tentang keberhasilannya meraih prestasi saat masih menjadi siswa di sekolah dan manfaat apa yang bisa dia pergunakan dengan meraih prestasi tersebut di dunianya yang baru. Itulah manfaat dari melibatkan alumni di sekolah, hanya memberikan motivasi kepada adik kelasnya, bukan mengambil alih dan peran siswa yang masih aktif di sekolah,” pungkasnya. (BTL)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA
Open chat
Hello
Can we help you?