Latihan Perang Besar-besaran Garuda Shield Antisipasi Serangan Dragon Shield?

Oleh: M. Rizal Fadillah (Pemerhati Politik Dan Kebangsaan) MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Bandung, Latihan perang bersama besar-besaran antara Tentara Amerika Serikat dengan TNI AD dengan sandi “Garuda Shield” akan dilaksanakan tanggal 1-14 Agustus 2021 di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Tak bisa dipungkiri latihan perang bersama saat ini berkaitan dengan ketegangan global antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Khususnya klaim China soal Laut China Selatan. 

Publik dalam negeri memandang latihan perang bersama ini ada hubungannya dengan menguatnya CENGKERAMAN RRC atas negara Indonesia baik program jalan sutera OBOR maupun dominasi ekonomi termasuk TKA asal China yang membanjir. TNI AD bermanuver di tengah hangatnya kondisi politik global dan nasional tersebut.

Secara formal “Garuda Shield” sebagaimana penjelasan KSAD Jenderal Andika Perkasa adalah kerjasama rutin tahunan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan personal TNI AD, namun sebagaimana penegasan pihak US Army kerjasama ini memberi bobot khusus pada tekad AS untuk mendukung kepentingan keamanan teman dan sekutu AS di kawasan Pasifik.

Baca Juga : Grab Vaccine Surabaya Tahap Dua Memvaksinasi 8600 Orang

Commanding General of USARPAC General Charles A Flyn menyatakan “program ini seperti latihan multinasional Pasifik menjelajah ke wilayah negara lain”. Nampaknya Latihan bersama “Garuda Shield” kali ini agak istimewa bahkan menjadi Latihan Bersama terbesar dalam sejarah. Sebanyak 2.282 personal tentara Angkatan Darat AS akan terlibat.

Peningkatan ketegangan global yang berimbas pada ketegangan nasional berefek politik. Pemerintahan Jokowi yang terlalu dekat dengan RRC tentu  menjadi kurang nyaman.  Lalu, demi kebijakan politik luar negeri yang “bebas aktif” mungkinkah setelah ini akan diadakan Latihan Bersama “Garuda Shield” lain dengan Tentara China yang bisa saja  bersandi “Dragon Shield”?

Baca Juga : Asah Kemampuan, Brigif Para Raider 18 Kostrad Latihan Menembak Senjata Bantuan

Jawabannya adalah sulit dan kemungkinan kecil untuk terjadi, dengan alasan:

Pertama, Tentara China tidak terbiasa “bersekutu” apalagi melalui Latihan Bersama. Hegemoninya senantiasa mengandalkan kekuatan sendiri. Berbeda dengan politik militer AS yang gemar keroyokan sejak dulu, karenanya  sebutan populer untuk ini adalah  tentara sekutu (allied army).

Baca Juga : Pejabat Bupati dan Wali Kota Bekasi Membuka Webinar Dialog Perusahaan Media

Kedua, hegemoni China selalu berbasis ekonomi, sehingga unjuk kekuatan militer bersama dengan negara “sahabat” akan berpengaruh pada stabilitas penguasaan ekonomi dan bisnis. Menekankan pada kerjasama politik dan militer menakutkan pelaku bisnis China.

Baca Juga : KRI Sultan Hasanuddin-366 Latihan Bersama Kapal Perang Brazil di Laut Mediterania

Ketiga, rakyat Indonesia tidak mudah menerima kehadiran Tentara China walau sekedar Latihan Bersama. Di samping trauma pada sejarah pemberontakan PKI yang dikendalikan RRC, juga masyarakat beragama khususnya umat Islam akan bereaksi keras menentang Latihan Bersama yang dipandang bagian dari penguatan penyebaran ideologi Komunis. Musuh agama.

Latihan Bersama US Army dengan TNI AD saat ini strategis dan dapat mempengaruhi istana. Mengevalusi persahabatan erat dengan RRC atau menyerah. Garuda Shield Agustus adalah todongan senjata  ke arah Istana. Berlebihan kah? Mungkin iya mungkin tidak–Maybe yes maybe no. (BTL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello
Can we help you?
.