Politik di Atas Agama?

Oleh: Ocit Abdurrosyid Siddiq (Penulis adalah warga biasa) MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Banten, Saya, termasuk orang yang memiliki pandangan bahwa ada “ajaran benar” dalam agama-agama. Ada kebenaran dalam agama lain. Agama-agama mengajarkan kebenaran. Benar dalam sains, etika, dan nilai dalam pergaulan sosial. Bahkan benar dalam quote, juga benar dalam kutipan kitab suci.

Bedanya, saya meyakini seluruh ajaran Islam itu benar. Sementara ajaran agama lain, ada benarnya, bahkan banyak benarnya, tapi tidak seluruhnya. Yang berbeda antara Islam dengan agama lain itu sedikit. Lebih banyak benarnya. Lebih banyak kesamaannya. Bedanya “hanya” pada aspek tauhid. Walau “hanya” tapi amat prinsip. Prinsip banget.

Tapi, cara pandang seperti ini, tidak lantas bermakna bahwa semua agama benar. Itu salah. Bukan begitu! Karena memaknainya demikian, lalu dicap bahwa itu pluralisme, yang diartikan sebagai anggapan bahwa semua agama benar. Padahal, pluralisme adalah meyakini agama sendiri benar sepenuhnya, disertai pengakuan atas adanya kebenaran dalam agama lain.

Sesuatu menjadi dianggap tidak benar, kadang bukan karena perkara substansinya. Yang benar menjadi seolah salah, bisa jadi karena tidak suka, tidak cocok, atau karena kepentingan tertentu. Misal karena persoalan politik. Seperti yang beredar dan viral belakangan ini.

Beberapa waktu lalu, ada seorang bakal calon walikota, menulis status di media sosial. Dia mengutip ayat dari sebuah kitab suci agama lain. Padahal dia muslim. Yang membuat seolah ironi, caption itu menyertai fotonya dengan adegan berpeci dan berkoko, yang diidentikkan dengan tradisi muslim. Padahal kalau cukup piknik (baca : banyak baca referensi), anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

“Jangan berbicara di telinga orang bebal, sebab ia akan meremehkan kata-katamu yang bijak”. Adakah yang salah dengan quote itu? Saya yakin, seluruh ajaran agama bersepakat atas kebenaran quote itu. Tapi hanya karena ia bersumber dari Amsal 23 : 9, maka yang sejatinya benar lalu dianggap seolah salah.

Kitab Amsal adalah kumpulan ucapan ringkas dan ucapan berbentuk nasihat untuk mendidik para pemuda dan dianggap berasal dari Salomo. Kitab Amsal berisi kumpulan quote yang sarat kebaikan dan amat inspiratif. Hanya karena ia adalah kitab Umat Kristen, lalu dianggap salah sepenuhnya?

Ada banyak ilmuwan yang kita kenal. Mereka terkenal selain karena penemuannya, juga karena meninggalkan quote yang sarat dengan hikmah. Banyak diantara mereka yang bukan hanya kafir, bahkan atheis. Neils Bohr, Stephen Hawking, Richard Dawkins, Sam Harris, Francis Crick, adalah nama-nama ilmuwan populer yang kaya dengan quote, dan quote mereka sering kita kutip. Mereka atheis!

Sejatinya, kita sudah terbiasa, bahkan merasa bangga saat mengutip quote dari para pesohor. Padahal mereka atheis; tak bertuhan, tak mengenal Tuhan, tidak mengakui keberadaan Tuhan. Lha ini, kutipan dari kitab suci suatu agama, mengapa lantas membuat kita menjadi nyinyir? Gegara politik? Atau karena tak suka padanya? Bisa jadi perpaduan keduanya!

Bahwa seorang muslim lebih baik mengutip quote dari ajaran agama sendiri, saya sepakat. Tapi, ketika quote dari non muslim kita juga gunakan dan dijadikan bahan renungan, tidak lantas bermakna bahwa itu adalah salah. Itulah sejatinya makna dari pluralisme; bahwa ada kebenaran dalam ajaran agama lain. Mencari sisi kesamaan pada tiap ajaran agama masih lebih baik dibanding sibuk mencari celah salah agama lain.

Jangan karena kita tidak suka atas seseorang lantas membuat kita tidak bisa berlaku adil pada orang itu. Kalimat ini saya kira ada benarnya. Jangan karena perkara politik lantas membuat yang benar menjadi salah. Jangan karena bukan berasal dari ajaran agama sendiri lantas kebenaran itu tertolak. Tuhan saja memberikan beberapa alternatif pada manusia sebagai pilihan. Masa kita tidak?

Ini adalah pendapat saya. Tak sepenuhnya benar. Tapi semoga ada benarnya. Bila anda memiliki cara pandang berbeda, itu juga tak soal. Mari kita bincangkan. Bincang dengan santuy; pakai otak, bukan otot. Pakai logika, bukan rasa.

Jangan lupa ngopi! Karena ngopi adalah “rukun keenam” diantara subuh dan dhuhur! Apalagi tasyrik sudah lewat. Seruput pagi tak lagi haram. Sluruuup, ahh..!. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello
Can we help you?
.