Dakwah itu Idealis dan Politik itu pragmatis

waktu baca 4 menit
Minggu, 17 Sep 2023 15:13 0 7 Redaksi

Oleh : Dr. H. Hery Kustanto, MM ( Ketua LHKI PWM Banten ) MediaBantenCyber.co.id (MBC), Banten-
Menurut kamus Cambridge idealis adalah meyakini mampu mencapai sesuatu yang bagi orang lain tidak mudah. Sedangkan pragmatis berarti konsen terhadap hal hal yang realistis. Keduanya nampak seperti dua hal yang bertolak belakang._________________Baca Juga : Dewan Dakwah Kota Tangsel Lakukan Kunjungan ke Pondok Tahfizh Wadil Quran Setu

Orang idealis lebih konsen terhadap cita cita yang tentu ideal. Lebih kualitatif. Mengawang awang. Tidak harus terukur. Sifatnya jangka panjang. Orang pragmatis sebaliknya. Yang penting realitasnya seperti apa. Jelas karena nyata dan jangka pendek. Plus Harus bisa diukur.

Dakwah itu Idealis.

Dakwah jelas basisnya musti idealisme. Tujuannya mulia. Kualitatif dan sarat nilai. Sifatnya jangka panjang. Karenanya pegiat dakwah yang berangkatnya memang dari terminal ideal musti menyadari perjalananannya akan panjang. Penuh lika liku. Sesuai kenyataan hidup.

Risiko orang idealis mau tidak mau harus berjibaku dengan nilai nilai yang diyakini untuk diperjuangkan meskipun akan berhadapan dengan realitas yang sering kali berlawanan. Energinyapun bersumber dari semangat idealisme yang diyakini. Eklusivisme idealnya membuat kekuatan soliditas gerakannya.

Baca Juga : Silaturahmi Ke MUI, BKPRMI Banten Sinergikan Program Dakwah dan Keumatan

Karenanya tidak mudah bagi anggota satu ormas yang idealis berpindah ke ormas lain. Kenapa? Karena ada kepercayaan dan keyakinan visi misi yang menjadi basis idealnya. 

Contoh nyatanya adalah ormas ormas keagamaan. Yang paling besar di Indonesia tentu NU dan Muhammadiyah. Jarang sekali kita temui informasi tokoh pimpinan NU pindah ke Muhammadiyah. Atau sebaliknya. Ketua PP Muhammadiyah pindah menjadi ketua PBNU. Itu hil yang mustahal (aslinya hal yang mustahil) kata candaannya srimulat.

Politik itu Pragmatis

Politik itu siasat untuk berebut. Berebut apa saja. Umumnya kekuasaan. Ada politik partai. Ada juga politics office. Pemainnya disebut politisi. Politisi itu kerjaan sehari harinya tentu bersiasat agar bisa merebut kekuasaan dalam jangka pendek. Karena pragmatis itu konsennya realitas maka dalam politik soal ideal atau tidak urusan nomor sekian. Realitas adalah segalanya. Politisi hampir secara umum abai terhadap nilai nilai ideal dalam perilakunya meskipun mulutnya berbusa busa ngomong nilai nilai atau idealisme.

Baca Juga : Masjid Sebagai Pusat Kreativitas Dakwah Muhasabah dalam Rangka Milad FMMB ke-15

Bisa jadi hatinya tetap idealis tapi fakta realitas perilakunya di lapangan akan berbeda. Bukankah realitas memang tak pernah ideal? Selalu berjarak. That’ s life.

Dampaknya pindah dari parpol satu ke parpol lainnya yang lebih menjanjikan adalah realistis. Bagi politisi langkah itu adalah bagian penting dari strategi mencapai kekuasaan. Apa gunanya ikut partai yang ideal kalau kalkulasinya jelas jelas akan kalah dan ujungnya tidak mendapatkan kekuasaan.

Politik Idealis.

Apakah ada politik yang idealis? Di omongan ada. Di buku kuliah juga ada. Bahkan ada yang menyebut high politics (politik adiluhung). Itu nice to hear (enak didengar). Prakteknya hampir semua isinya sebatas himbauan dan  saran saran saja. Jelas tidak efektif.

Bukan saja karena politik itu berkarakter kekuasaan yang harus direbut tapi juga setelah kekuasaan didapat harus dimonopoli agar kekuasaaan yang sudah dicapai tidak lepas ke orang lain.

Meski begitu agar telihat bernilai para politisi tetap jualannya politik idealis bahkan populis. Itu marketing strategynya. Secara sederhana maksud dari politik idealis adalah berpolitiklah yang sarat nilai nilai moral tinggi. Bukankah seharusnya politik yang memperbaiki realitas yang bernilai buruk? Faktanya? Jangankan di negara yang baru eforia demokrasi, bahkan di negara jagoan demokrasi seperti AS politik kepentingan (berbasis realitas) masih lebih dominan dibanding politik bernilai (adiluhung).

Dakwah dan Politik.

Bisakah disandingkan? Tentu jawabnya bisa. Dengan ketentuan dan syarat berlaku. Tidak otomatis. Dakwah yang karakternya idealis harus menyadari realitas yang sering tidak ideal itu. Justru dakwah lah yang berperan agar politik yang karakternya pragmatis tidak blong remnya mengejar kepentingan sesaat. Dakwah yang sarat nilai dapat menjadi penjaga moral para  politisi agar tidak kebablasan mengembara dalam pertarungan kepentingan.

Sebaliknya politik yang berkarakter pragmatis dapat membantu mendaratkan misi dakwah yang mengawang awang. Misi politik yang penuh nafsu kepentingan kekuasaan sejatinya dapat berfungsi ideal untuk memperjuangan nilai kebajikan yang sesuai juga dengan substansi misi dakwah.

Memang tidak mudah. Ibarat mengendarai kendaraan. Dakwahlah yang memastikan destinasi mulianya. Sedangkan politik adalah bagaimana caranya merebut bisa menjadi pengemudinya. Agar kendaraan yang bervisi mulia itu sampai ke destinasi dengan aman, cepat dan selamat.  Politik adalah seni yang tidak mungkin (politics is the art of impossible). Sedangkan dakwah adalah seni bagaimana memungkinkan kemungkinan yang bernilai kebajikan.(BTL)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA
Open chat
Hello
Can we help you?