KENAPA PEJUANG HAMAS PERLAKUKAN TAWANANNYA DENGAN BAIK

waktu baca 5 menit
Jumat, 1 Des 2023 15:19 0 6 Redaksi

MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Jakarta, Perlakuan pasukan Pejuang HAMAS terhadap tawanan mendapat pujian dunia. HAMAS memperlakukan warga Israel yang menjadi tawanan mereka dengan sangat manusiawi dan penuh kasih sayang.

Itu terbukti ketika para tawanan dibebaskan dalam masa gencatan senjata. Tak satupun tawanan yang mengalami luka karena penyiksaan atau mengalami sakit karena ditelantarkan.

Para tawanan itu dilepaskan dalam keadaan sehat dan wajah gembira. Beberapa tawanan yang dilepas bahkan mengungkap bagaimana baiknya HAMAS memperlakukan setiap tawanan.

Ini berbanding terbalik dengan pasukan Zionis militer Israel dalam memperlakukan tawanan yang tak lain adalah warga Palestina. Israel justru memukuli tawanan sebelum dilepaskan.

Saya dan kita semua pasti penasaran, apa yg menginspirasi HAMAS untuk memperlakukan tawanan dengan baik, sehingga tawanan seolah tidak sedang ditawan, melainkan sedang mengisi masa liburan.

Oh rupanya, HAMAS telah mengamalkan ayat suci Al Quran dan Sunnah Rasulullah tentang bagaimana ajaran Islam memperlakukan tawanan perang.

Dalam Islam, tawanan perang tidak boleh disiksa. Hal ini terkandung dalam firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah:190): Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Baqarah: 190).

Baca Juga : Pejuang Taliban Kepung Kabul Ibu Kota Afghanistan, Presiden Ashraf Ghani Lari Terbirit-Birit ke Negara Tajikistan

Selain itu, dalam Islam tidak boleh tawanan disiksa dengan cara dibiarkan kelaparan sebagaimana dalam QS. Al Insan: 8): “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, yang dimaksud dengan melampaui batas dalam ayat tersebut adalah melakukan hal yang dilarang seperti mutilasi, menjarah, membunuh wanita dan anak-anak, orang yang ditawan, orang tua lanjut usia, serta melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.

Baca Juga : Ah, Amburadul Semua Kehidupan di Negeri Para Bedebah | kenapa pejuang

Dalam Hukum Internasional Islam, agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Bahkan umat Islam diharuskan memberikan makanan kepada para tawanan secara manusiawi. Jelaslah bahwa syariat Islam mempunyai kepedulian yang besar terhadap tawanan perang, sehingga mereka harus diperlakukan sebagai manusia ciptaan Tuhan yang hak-hak asasinya harus tetap dilindungi.

SANDERA ISRAEL

Dalam kesempatan gencatan senjata yang disepakati HAMAS-Israel, keduanya menyetujui pembebasan sandera Palestina dan Israel yang diculik 7 Oktober lalu.

Saat pembebasan dan pelepasan, terlihat para tawanan Israel melambaikan tangan secara hangat kepada para milisi Pejuang HAMAS. Seorang sandera bahkan dilaporkan menulis surat untuk anggota HAMAS yang menyanderanya.

Baca Juga : Jadikan Taliban Sahabat yang Baik Indonesia Pasca Berkuasa di Afghanistan Bukan Musuh | kenapa pejuang

Sebut saja Maya Regev (21) sandera yang dibebaskan HAMAS jadi perbincangan warganet. Saat dibebaskan HAMAS, Maya terlihat sangat ceria dan mengucapkan syukron.

Kemudian sandera HAMAS lain, seorang ibu Danielle Aloni dan putrinya Emilia (5), yang dibebaskan pada 24 November 2023 lalu.

Sebelum mereka meninggalkan Gaza, Danielle Aloni menulis thank you letter atau surat ucapan terima kasih kepada HAMAS yang berbunyi, “Aku berterima kasih dari lubuk hati yang terdalam atas rasa kemanusiaan luar biasa yang Anda tunjukkan terhadap putriku, Emilia.”

Brigade Al Qassam, yang merupakan sayap bersenjata HAMAS, membagikan surat tersebut di akun Telegram resminya pada pukul 16.49 GMT tertanggal 27 November 2023.

Baca Juga : Edy Mulyadi Adalah Pahlawan Reformasi | kenapa pejuang

Surat itu, seperti dikutip dari TRT World, Rabu (29/11/2023), awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani dan disertai terjemahan bahasa Arab, bersama dengan foto ibu dan putrinya yang warga Israel.

“Dia (Emilia) mengakui bahwa Anda semua adalah temannya, bukan hanya teman, tapi benar-benar dicintai dan baik,” kata Nyonya Danielle Aloni dalam surat tulisan tangannya yang berbahasa Ibrani.

Aloni mengakui perawatan baik yang diberikan kepada para sandera di Gaza dan menulis: “Terima kasih atas waktu yang Anda habiskan sebagai perawat.”

Dia lebih lanjut menyatakan putrinya tidak hanya terikat dengan HAMAS tetapi juga merasa seperti seorang ratu.

“Anak-anak seharusnya tidak disandera, namun terima kasih kepada Anda dan orang-orang baik lainnya yang kami temui selama ini, putriku merasa seperti seorang ratu di Gaza,” kata Aloni.

Danielle Aloni mengatakan bahwa dalam perjalanan panjang yang kami lalui, kami belum pernah bertemu dengan orang yang tidak baik padanya. “Anda telah memperlakukannya dengan baik dan penuh kasih sayang,” ucapnya.

Aloni mengakhiri suratnya dengan belas kasih kepada HAMAS, dengan menyatakan: “Aku akan mengingat perilaku baik Anda yang ditunjukkan meskipun dalam situasi sulit yang Anda hadapi dan kerugian besar yang Anda derita di sini di Gaza.”

“Aku berharap di dunia ini kita benar-benar bisa menjadi teman baik,” tulisnya dan menambahkan ucapan selamatnya kepada warga Gaza.

“Aku berharap Anda semua sehat dan sejahtera…kesehatan dan cinta untuk Anda dan anak-anak keluarga Anda.”

Danielle dan Emilia Aloni termasuk di antara 24 sandera Israel yang dibebaskan oleh HAMAS pada 24 November. Mereka sedang mengunjungi saudara perempuan Danielle dan keluarganya di Kibbutz Nir Oz di Israel selatan sebelum disandera.

STOCKHOLM SYNDROME

Beberapa pihak menyebut para sandera itu telah terkena Stockholm Syndrome. Mengutip Cleveland Clinic, sindrom ini adalah kondisi psikologis seseorang korban penculikan, penyekapan, dan penyanderaan, yang justru menjadi simpatik pada pihak yang menawannya.

“Para tawanan sendiri mengembangkan perasaan positif terhadap penculik atau pelaku kekerasan seiring berjalannya waktu. Kondisi ini berlaku untuk situasi-situasi seperti kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap pelatih-atlet, kekerasan dalam hubungan, dan perdagangan seks,” tulis situs itu (29/11/2023).

Kondisi ini mendapat namanya dari peristiwa perampokan bank tahun 1973 yang terjadi di Stockholm, Swedia. Selama enam hari konfrontasi dengan polisi, banyak pegawai bank yang ditawan menjadi bersimpati terhadap perampok bank.

Setelah mereka dibebaskan, beberapa pegawai bank menolak memberikan kesaksian melawan perampok bank di pengadilan dan bahkan mengumpulkan uang untuk pembelaan mereka.

Yang menarik, keluarga sandera Israel yang dibebaskan dari Gaza dilaporkan menolak permintaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk bertemu selama kunjungan ke Pusat Medis Soroka di Beerheba.

Avraham adalah seorang warga Kibbutz Nahal Oz yang berusia 84 tahun dan berada dalam kondisi kritis saat dibebaskan karena Hamas kekurangan suplai obat-obatan penting.

Ketika para tawanan dibebaskan dalam masa gencatan senjata. Tak satupun tawanan yang mengalami luka karena penyiksaan atau mengalami sakit karena ditelantarkan.(BTL)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA
Open chat
Hello
Can we help you?