TIDAK SEKEDAR BERSHOLAWAT

waktu baca 6 menit
Jumat, 29 Sep 2023 12:58 0 16 Redaksi

Oleh: H. J. Faisal (Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Anggota PJMI) MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Jakarta, Suatu saat Presiden Soekarno pernah bertanya kepada Buya Hamka dalam sebuah diskusi kecil mereka. Bung Karno bertanya tentang apakah penyebab do’a-do’a manusia agar dikabulkan oleh Allah Ta’alla? Buya Hamka pun menjawab, jika do’a-do’a kita ingin dikabulkan oleh Allah Ta’alla, maka frekuensi do’a tersebut haruslah tepat. Ibarat mendengarkan sebuah siaran radio, jika frekuensinya tidak tepat, maka suara yang timbul dari gelombang radio itu pun menjadi tidak jelas. Dan untuk membuat frekuensi do’a kita menjadi tepat dan didengar oleh Allah Ta’alla, maka bersholawatlah kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam di awal do’a dan di akhir do’a.

Ketika kita bershalawat menyampaikan salam terindah kita kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, maka itu artinya kita sedang menambah porsi keimanan diri dan hati kepada sang kekasih Allah Ta’alla, Muhammad Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Namun, apakah cukup sampai di situ saja? Bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, menambah rasa cinta di dalam hati kita kepada beliau, kemudian kita merasa sudah dekat dengan sang nabi kekasih Allah Ta’alla?

Ya, sesungguhnya sholawat yang kita lantunkan, rasa cinta yang kita tumbuhkan kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, akan menjadi hilang maknanya, dikarenakan sikap, akhlak, serta pemikiran kita yang masih jauh berbeda dan bertolak belakang dengan sikap, akhlak, dan pemikiran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam kepada kita sebagai umatnya.

Ya, bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam sesungguhnya menyerahkan diri, hati, dan pemikiran kita agar sesuai dengan hati, akhlak, dan pemikiran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam sebagai sunnah beliau yang lebih baik jika kita ikuti.

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata kita masih menggunakan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, serta bertransaksi dalam bidang ekonomi berdasarkan riba, sementara apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam dalam melakukan praktek ekonomi tidaklah demikian?

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata kita masih malas dalam mencari ilmu, tidak mau berguru kepada para ilmuan-ilmuan muslim yang beriman, dan lebih senang mendengarkan segala sesuatunya berdasarkan informasi dari yang tidak jelas sumbernya, atau dari mereka yang tidak jelas kapasitas keilmuannya? Sementara Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam mengajarkan kita untuk mencari ilmu dari sumber yang jelas, jelas kapasitas dan keahliannya, dan dari guru-guru yang memang jelas keimanannya kepada Allah Ta’alla dan Rasul-Nya.

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata kita masih melakukan hal-hal yang bersifat syirik dan menduakan Allah Ta’alla, seperti melakukan sesajen, sesembahan, jimat, senang dengan ramalan, dan segala macam kegiatan klenik lainnya, meskipun hal tersebut diatasnamakan kepada budaya dan tradisi, yang sesungguhnya sangat dilaknat oleh Allah Ta’alla dan Rasul-Nya?

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata kita masih takut dengan orang-orang kafir dan para pemimpin yang dzalim, yang sesungguhnya mengekang kehidupan umat Islam dengan segala macam ancaman dan tipu daya mereka, sementara Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam mengajarkan bahwa melawan orang-orang kafir dan pemimpin yang kejam merupakan ladang jihad yang nyata bagi umat Islam?

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata dalam memilih pemimpin, masih didasarkan atas rasa suka atau tidak suka (like and dislike) yang tidak jelas kadar keilmiahannya, pemimpin yang suka berbohong, pemimpin yang lebih tebal topengnya daripada wajah aslinya, dan pemimpin yang lebih banyak khianatnya daripada amanahnya, gemar korupsi, apalagi jauh dari Allah Ta’alla dan Rasul-Nya, sementara Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam mengajarkan kita sebagai umatnya agar memilih pemimpin berdasarkan kelayakan kapasitas keilmuannya, jujur, tidak ‘bermuka dua’, amanah, dan selalu membela agama Allah Ta’alla dan Rasul-Nya?

Apakah masuk ke dalam logika ke-Islam-an kita yang sehat, jika kita selalu bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, tetapi ternyata kita masih melakukan banyak hal dalam merusak lingkungan alam sekitar kita? Sementara Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan alam dan melestarikannya agar tercipta sebuah kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Dan masih banyak lagi sikap, akhlak dan pemikiran kita yang sesungguhnya justru berlawanan dengan sikap, akhlak, adab, dan pemikiran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, artinya kita mempunyai keikhlasan dan keridhoan untuk mengikuti pola atau sistem kehidupan yang telah dibangun oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam untuk kita sebagai umatnya, demi keselamatan kita sendiri di dunia dan di akhirat kelak.

Sedikit demi sedikit, marilah kita belajar untuk tidak mengotori sholawat kita dengan menjadikan diri kita sebagai umat Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam yang benar-benar mampu dan mau untuk meneladani semua aspek kehidupan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam sesungguhnya adalah peredam murkanya Allah Ta’alla atas manusia-manusia yang telah berlaknat kepada-Nya, Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam sesungguhnya adalah sebab turunnya rahmat Allah Ta’alla kepada seluruh manusia dan alam ini hingga kiamat nanti, dan Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam sesungguhnya adalah alasan bagi Allah Ta’alla untuk menciptakan alam dunia beserta isinya.

Itulah mengapa nabi Adam ‘alaihissalam diminta oleh Allah Ta’alla untuk bersholawat kepada Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, jauh sebelum Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam diciptakan oleh Allah Ta’alla.

Jadi, sangatlah bodoh rasanya jika kita masih mengambil standar hidup dan keteladanan selain dari Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, karena standar hidup dan keteladan umat Islam ini adalah merupakan standar hidup dan keteladanan yang telah mendapatkan legitimasi resmi dari Tuhan seluruh alam, Allah Subhannahu wata’alla.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS.Al Ahzab:56).

Momentum memperingati hari lahir baginda Muhammad Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam di tahun 1444 H ini, sesungguhnya adalah sebuah momentum yang sangat baik dan tepat untuk memutar balik semua sikap, akhlak, adab, dan pemikiran kita untuk kembali kepada sikap, akhlak, adab, dan pemikiran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam.

Semoga kita termasuk pribadi yang mendapatkan syafaat Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam di hari perhitungan yang sesungguhnya nanti. Aamiin ya Rabb. Wallahu’allam bisshowab.(BTL)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA
Open chat
Hello
Can we help you?