Politik Berbasis Identitas Kerumunan

waktu baca 4 menit
Kamis, 12 Sep 2024 12:55 502 admin22

MediaBantenCyber.co.id(MBC) Kabupaten Tangerang, Problem terbesar yang terjadi saat ini adalah The Crowd yaitu Identitas Kerumunan, Manusia modern adalah Makhluk anonim (tidak memiliki identitas) Hidup dikendalikan/diombang-ambingkan oleh para ahli, tokoh, yang gagasan-gagasan mereka membuat semua orang terpesona terus ikut menjadi tidak otentik. Tidak mampu menjadi dirinya sendiri yang menjadi keinginannya sendiri yang ada hanya identitas kerumunan. Hidup Dalam Kerumunan Adalah Hidup dalam dunia atau trend Dengan Logika mayoritas Orang Lain, tidak memahami diri sendiri hanya ikut apa yang terjadi di sekeliling kita, kerumunan Individualitas yang hilang.(Geotimes, 8 Februari 2023)______________Baca Juga : Pemkot Tangsel Abaikan Perintah Presiden Jokowi Soal Penyelesaian Sengketa Tanah | politik berbasis 

Kendati adanya pergeseran pergantian posisi kedudukan tugas fungsi serta poros kepentingan secara berbondong-bondong/berkerumun dengan berpindah haluan koalisi sebagai dukungan politik kekuasaan ataupun meraih keuntungan bagi para politikus. Proses demokrasi harus tetap berjalan di atas prinsip keseimbangan serta kemaslahatan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Berbeda soal dengan koalisi Dalam Budaya, bahwa model berkerumun dalam konteks kebiasaan mencari tema semangat berkumpul bagi mereka yang hobi ngerumpi maka hanya ada tiga jenis Kategori yang berbeda bobot konten pembahasan kemanfaatannya.

Politik Berbasis Identitas Kerumunan | MediaBantenCyber.co.id

Andi Irawan

Baca Juga : Replika Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka (Bagian Kedua) | politik berbasis 

Dalam konteks pembicaraan atau suatu pembahasan lumrah dipastikan ada karakter yang melekat menjadi motif dalam diskusi setiap kumpulan berbagai bentuk kepentingan, terdapat tiga jenis level katagori berdasarkan isi kualitas dampak yang dihasilkan, maka hal ini dapat diidentifikasi sesuai katagori motif yang dikemukakan Socrates: “Strong minds discuss ideas average minds discuss events week minds discuss people (The Stand Up Philosophers 2023) Pikiran yang kuat mendiskusikan ide, pikiran yang rata-rata mendiskusikan peristiwa, pikiran yang lemah mendiskusikan orang,” sering dikaitkan dengan Socrates, meskipun ada beberapa perdebatan mengenai asal-usulnya, misalnya dalam modernitas, bentuk modifikasi dari hal ini sering dikaitkan dengan Elenor Roosevelt yang berkata: “Great minds discuss ideas; average minds discuss events; small minds discuss people.” “Para pemikir hebat mendiskusikan ide-ide; pikiran rata-rata mendiskusikan peristiwa; pikiran kecil berdiskusi (The Stand Up Philosophers 2023)

Analisa penulis memandang dalam hal Kategorisasi motif kebiasaan atau kesepakatan yang berlaku di masyarakat, secara umum erat berkaitan dengan kepentingan dari sudut pandang kebutuhan sebagai makhluk budaya yang memiliki nilai serta sekaligus melingkupi persoalan peradaban universal unik dan otentik.

Baca Juga : Replika Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka (Bagian Pertama) | politik berbasis 

Bahwa Yang menjadi persoalan dan perdebatan kerja kerja dalam dialektika peradaban manusia hanyalah berputar dan berkisar pada persoalan estetika, etika dan logika sederhana penulis uraikan tentang perdebatan hasil dari framing interaksi kerumunan melingkupi persoalan estetika, etika dan logika yaitu : problem estetika menyangkut Pada Kesenangan, Kenikmatan Keindahan Dunia semata, problem etika adalah kapasitas untuk memiliki adab kepatutan prilaku serta moralitas sosial, sedangkan problem logika mengukur segala realita kebenaran melalui analisa rasio ilmiah ala (Kacamata) fisika bersifat empiris hirarkis.

Kembali pada persoalan apa yang menjadi kepentingan para politisi sebagai aktor elite penentu demokrasi kekinian yang cenderung berbondong-bondong mengedepankan kekuatan borongan dukungan kerumunan masif guna meraup simpati publik yang berkutat dan bersandar hanya kepada kebutuhan estetik, etika, dan logika materialisme. Sehingga mengakibatkan keringnya nilai-nilai spiritual yang memiliki roh Ketuhanan dan kemanusiaan sekaligus.

Bahwa Politik Berbasis Identitas Kerumunan akan dirasakan jauh dari rasa Kesejatian keadilan bagi nilai Ketuhanan dan kemanusiaan yang otentik, Pada akhirnya penulis mengemukakan pentingnya kepada kita semua untuk mari kembali kepada keutuhan bagaimana menjadi manusia yang terus merawat apa yang digambarkan sebagai mahluk yang gemar menghidupkan budaya “Strong minds discuss ideas” Dimana manusia adalah makhluk Berkarakter lengkap: estetik, etik dan logis namun tidak memiliki kecukupan diri karena egoismenya, alhasil manusia tidak dapat dijadikan patokan dan sandaran kebenaran yang mutlak.

Ciri kebenaran yang mutlak dapat ditemukan hanya berdasarkan kepada Tuhan yaitu tindakan cinta untuk saling mengasihi dan saling memberi kepada sesama, maka tindakan cinta yang sejati dapat dipastikan tidak pernah merancang kejahatan atau kejelekan/kedengkian/merugikan kepada siapapun. Wallahu A’lam Bishawab. (Della)

Oleh : Andi Irawan (Insan Pembelajar Pemerhati Budaya Pendidikan dan Politik)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA