Replika Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka (Bagian Kedua)

waktu baca 4 menit
Senin, 2 Sep 2024 17:42 0 209 admin22
MediaBantenCyber.olco.id – (MBC) Kabupaten Tangerang, Bukan sebuah kebetulan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX  sekitar tahun 1945 -1950 Beliau sejak lama aktif berkecimpung menjadi penggerak dalam penyatuan kepanduan di Indonesia,  sebagai tokoh kunci yang terus mengupayakan persatuan dari masifnya perkembangan gerakan kepanduan hingga terbentuknya IPINDO (Ikatan Pandu Putra Indonesia) beliau didaulat menjadi ketua kemudian bersamaan diangkat menjadi ‘Pandu Agung’, seiring dengan itu pengabdiannya terhadap bangsa dan negara ternyata beliau pun merupakan bagian dari pejuang kemerdekaan sebagai tentara nasional Indonesia, dilansir dari HistoriA, di mana pada tanggal 14 Januari 1960 ditetapkan sebagai jenderal kehormatan bintang 4 oleh presiden Soekarno, dalam kutipan pemberitaan media saat itu bahwa._________________Baca Juga : Replika Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka (Bagian Pertama)

“Sultan Hamengkubuwono orang besar berjasa bagi tanah air dan bangsa, diangkat jadi jenderal dengan bintang emas 4″, demikian peristiwa tersebut diwartakan dalam harian Merdeka, 15 Januari 1960. “Pangkat Jenderal Kehormatan atau barang tanda pangkat yang tadi saya cantumkan di atas pundak Saudara Hamengkubuwono, sebenarnya dicantumkan oleh hati bangsa Indonesia yang merasakan hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Saudara Hamengkubuwono. Jenderal Hamengkubuwono, saya mengucapkan selamat bahagia kepada Saudara,” tutup Sukarno dalam pidatonya yang dikutip dari Daftar Arsip Pidato Presiden Republik Indonesia Ir Sukarno Tahun 1958-1967 No. 146, koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). (HistoriA.id 19 Mar 2024)

Kiprah Sri Sultan Hamengkubuwono IX Begitu sangat strategis beliau bagaikan seorang penjaga gawang Republik, terlibat dalam masa sulit perjuangan pra kemerdekaan dan di awal Pemerintahan RI beliau adalah seorang sultan penyokong utama dalam mempertahankan kemerdekaan atas agresi militer Belanda I & II saat itu, maka layak dan tepat beliau mendapatkan kehormatan kepercayaan menempati berbagai amanah kedudukan posisi penting baik dalam pemerintahan presiden pertama RI Ir Soekarno.

Jangan Lewatkan : Rakerda JMSI Banten: Bangun Kemitraan dan Kualitas Media | replika sejarah 

Sebagai Menteri Negara 1947-1949, Menteri Pertahanan 1949-1950, Wakil Perdana Menteri 1950-1951, Hingga pada periode 1973-1978 beliau menjadi Wakil Presiden di era presiden Soeharto. Sebelum berpulang kepada Sang Pencipta, yaitu wafat pada tahun 2 Oktober 1988 di Washington, DC, Amerika Serikat, di Washington, DC, Amerika Serikat, beliau dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX Atas dedikasi serta kepedulian dan perhatian pada Gerakan Pramuka Sri Sultan Mendapatkan Medali Kepanduan Internasional yaitu Silver World Sward dari Boy Scouts of America pada 1972. Selain itu, diperoleh Penghargaan tertinggi pada 1973 dari World Organization of Scout Movement (WOSM) bernama Bronze Wolf Award Hingga Atas prestasinya pada tahun 1988, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditetapkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia di Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Dili, Timor Timur.

Gerakan kepanduan di nusantara melahirkan sebuah rasa persatuan dan rasa kebangsaan sehingga dalam perkembangan berikutnya muncullah para tokoh yang aktif dalam gerakan kepanduan merintis sebuah gerakan upaya untuk bersatu sebagai sebuah bangsa senasib sepenanggungan, dengan semangat yang diwariskan Para Pendahulu pejuang kemerdekaan serta kepanduan dan Guru Bangsa melalui hasil perenungan mendalam dicetuskan lah sebuah nama Gerakan Pramuka, “Pramuka” diambil dari kata “POROMUKO“,

Baca Juga : Ronny-Wahyu Resmi Dinyatakan Berkasnya Lengkap oleh KPUD, Peta Politik Pacitan ‘Ambyar’ | replika sejarah 

Dalam Terminologi Kerajaan menurut Pandangan Sri Sultan Hamengku IX yang Berarti Prajurit Terdepan dalam Peperangan, dimanifestasikan sebagai “Praja Muda Karana”, Semangat Berjiwa Muda Yang Cinta/Gandrung/Gemar Berkarya Menanam Kebaikan Gerakan inilah yang pada mulanya di tahun 1912 berdiri NPO (Nederlandsche Padvinders Organisatie) kemudian di tahun 1916 menjadi NIPV (Nederlands Indische Padvinders Vereniging) dikembangkan sejak masa pemerintah kolonial Belanda pada wilayah jajahannya di Nusantara, namun karena kegiatan terbatas hanya pada kalangan yang memiliki akses eksklusif tertentu saja tidak berlaku keanggotaan bagi kaum pribumi, maka hal ini mendorong dan menginspirasi menggerakkan semangat para kaum bangsawan, terpelajar, cendekia, ulama untuk juga menggiatkan kegiatan sejenis, seperti pertama kali digagas oleh Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran VII membentuk JPO pada 1916.

JPO (Javaansche Padvinders Organisatie) berdiri atas semangat untuk bangkit terhadap perlakuan kepanduan yang didominasi oleh Belanda, yaitu Nederland-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV). Kemudian eksistensi JPO menginspirasi lahir berbagai organisasi kepanduan lain Yang dalam perkembangannya membangunkan dan menumbuhkan kesadaran kolektif bangsa dikalangan para pejuang pergerakan kebangsaan, yaitu satu rasa senasib dalam kondisi penjajahan, untuk turut serta membentuk wadah Persemaian Jiwa-jiwa Patriotik Cinta Tanah Air melalui kegiatan yang sama, walau masih berbasis pada identitas dan nilai-nilai lokal, keberagaman budaya dan agama di Nusantara.

Setelah JPO hadir kemudian diikuti dengan berdiri berbagai organisasi kepanduan lainnya muncul seperti: Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1918, Sarekat Islam Padvinderij/SIAP (Serikat Islam Afdeling Pandoe), Jong Java Padvinderij (JJP) pada tahun 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).

Walaupun pada akhirnya Belanda tidak berkenan gerakan ini menyerupai dari sisi penyebutan karena Kolonial Belanda Melarang Sebutan Nama Padvinders untuk organisasi sejenis NPO/NIPV milik mereka di Nusantara, pelarangan tersebut dipicu oleh kekhawatiran Pemerintah Kolonial Belanda, bahwa dengan maraknya kegiatan Padvinders Milik Pribumi akan menumbuhkan kesadaran kebangsaan yang tinggi pada seluruh anggota sehingga menimbulkan bibit nasionalisme pada kalangan pribumi yaitu Penguatan Identitas Rasa Persatuan dan Kesatuan untuk Merdeka. Bersambung. (Della)

Oleh : Andi Irawan Pembina Pramuka di Kota Tangerang*

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA
Open chat
Hello
Can we help you?