Publik Gusar dengan Ulah Elite Politik

Oleh: Tjahja Gunawan (Penulis, Wartawan Senior) MediaBantenCyber.co.id (MBC) Kota Tangerang Selatan, Dalam sehari ini, Rabu 26 April 2023, saya melayani telepon dan chit-chat dengan tiga orang yang memiliki latar belakang berbeda. Yakni seorang birokrat, direktur perusahaan di korporasi besar serta seorang wartawan perbankan. Sahabat saya yang birokrat adalah pejabat eselon I di sebuah kementerian yang baru saja pensiun. Dia sengaja menelepon saya, mengajak diskusi soal politik sekaligus menyampaikan harapannya agar Indonesia ke depan bisa lebih baik. Harapan sahabat saya ini, niscaya juga merupakan harapan kita semua bangsa Indonesia.________________Baca Juga : Lurah Pondok Aren Gusar Warganya Dibiarkan Hidup Berdampingan dengan Got Seperti Nyamuk

Namun dibalik harapannya itu, sahabat saya ini nampaknya agak gusar mencermati situasi politik aktual saat ini. “Terus terang kang, saya merasa risau mengikuti perkembangan politik akhir-akhir ini. Serahkanlah pengelolaan negara ini kepada orang yang amanah dan kompeten. Negara ini jangan sampai dikelola politisi lah. Sebenarnya saya lebih sreg kalau pasangan Pilgub DKI tahun 2017 bisa terjadi pada Pilpres 2024, dimana Anies Baswedan bisa kembali berpasangan dengan Sandiaga Uno,” katanya dalam nada berharap.

Kemudian dia menyampaikan sejumlah argumennya jika kedua tokoh tersebut bisa kembali bersanding di Pilpres 2024. Mungkin saja harapan sahabat saya ini juga merupakan harapan elemen masyarakat lainnya. Tapi antara harapan rakyat dengan kenyataan politik riil seringkali berbeda. Jika melihat peta dan realitas politik sekarang, Sandiaga Uno telah membuat keputusan politik. Dia rela meninggalkan Partai Gerindra yang telah membesarkan dirinya di dunia politik, kemudian mengikuti kemauan dan desain politik Jokowi, yang nota bene merupakan skenario oligarki.

Baca Juga : Presiden Jokowi Instruksikan Polri Tindak Tegas Mafia Tanah !!! | gusar

Jokowi Ikut Mengatur

Presiden yang seharusnya bisa berperan sebagai wasit, dalam kenyataannya ikut cawe-cawe terlibat langsung dalam kegiatan dukung mendukung Capres. Kondisi ini sebenarnya sangat tidak sehat bagi perkembangan iklim demokrasi di Indonesia. Posisi Jokowi sebagai kader dan PETUGAS PARTAI (PDIP) sudah merontokkan marwah dirinya sebagai Presiden dan Kepala Negara. Dengan begitu, sesungguhnya rakyat Indonesia sekarang sudah tidak memiliki lagi seorang Presiden.

Seharusnya di akhir masa jabatannya sebagai Presiden yang sudah dia genggam selama dua periode, Jokowi bisa meninggalkan sedikit legacy bagi bangsa Indonesia dari sekian banyak persoalan yang akan diwariskan kepada generasi penerus bangsa ini.

Baca Juga : Ribuan Masyarakat Keluhkan Penyelenggaraan Pembuatan KTP “Cepat” Oleh Disdukcapil Kabupaten Tangerang | gusar

Justru yang terjadi sekarang di panggung belakang, Jokowi berusaha mengatur dan mengeksekusi semua skenario politik yang diinginkan kelompok oligarki. Termasuk mengatur langkah politik Sandiaga Uno. Mantan pengusaha yang memilki harta kekayaan Rp10 Triliun ini, selanjutnya akan diusung oleh PPP untuk menjadi Cawapres mendampingi Capres Ganjar Pranowo yang sudah resmi dicalonkan PDI-Perjuangan. PPP sendiri sudah secara resmi mendukung Ganjar Pranowo. Partai gurem lain yang juga ikut mendukung Ganjar adalah  PSI dan Partai Hanura.

Bagaimana dengan nasib Prabowo Subianto setelah batal disandingkan dengan Puan Maharani sebagai pasangan Capres dan Cawapres 2024? Nampaknya perjalanan politik Prabowo akan bernasib sama dengan dua pilpres sebelumnya. Dia kemungkinan akan mencetak hattrick, menelan kekalahan untuk yang ketigakalinya. Prabowo akan tetap maju dalam Pilpres 2024 sebagai Capres dari Partai Gerindra dan kemungkinan akan berpasangan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto atau Erick Thohir dan bukan dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar sebagaimana banyak disuarakan selama ini.

Baca Juga : Menindaklanjuti Laporan Warga Kayu Gede 3 Paku Jaya Terkait Drainase, Ricky Yuanda Bastian Anggota DPRD Kota Tangsel Fraksi PKS Langsung Turun ke Lapangan | gusar

Namun, menurut sebuah sumber, Capres Prabowo dan pasangan Cawapres nanti sengaja akan dimajukan bukan untuk menang tapi sebagai capres pelengkap untuk memecah suara umat Islam. “Saat ini di antara partai koalisi besar masih terus dilakukan negosiasi, apakah Etho atau AH yang akan mendampingi Prabowo,” kata sumber itu.

Jika dealnya nanti Erick Thohir sebagai Cawapres Prabowo, lanjut sumber tersebut, maka Airlangga Hartarto mendapat kompensasi sebagai Ketua MPR-RI. Sama dengan deal antara Puan dengan Megawati Soekarnoputri. Anaknya batal dicalonkan partai sebagai Capres, kompensasi politiknya Puan Maharani nanti akan menjadi Ketua Umum PDI-P menggantikan ibunya yang sudah tua sekaligus sebagai alih generasi trah Soekarno di partai kebo itu. Namun sumber tersebut tidak memberikan informasi lebih rinci ketika ditanya kemungkinan Ganjar Pranowo mengambil alih PDIP setelah dirinya nanti terpilih menjadi presiden.

Kesemua skenario politik tersebut merupakan desain politik yang dirancang oligarki untuk menjegal Anies Baswedan yang sudah resmi didukung secara solid oleh tiga partai parlemen yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS. Seperti apa skenaŕio politik yang didesain rezim penguasa dalam membendung arus perubahan masyarakat yang menghendaki kepemimpinan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024? Ikuti tulisan saya selanjutnya di bagian kedua.(BTL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello
Can we help you?
.