Perspektif Bangsa Pemenang

waktu baca 4 menit
Minggu, 2 Mei 2021 15:31 288 Redaksi

Oleh: Andi Irawan
MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Kabupaten Tangerang, Hingga Mei 2021, terhitung sudah lebih dari setahun pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia. Pasien pertama terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 terdeteksi. Untuk kedua kalinya bagi umat Islam menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan (Shalat Tarawih) dalam pantauan protokol kesehatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro kembali diperpanjang.

Ritual mudik pasca Ramadhan pun tidak diperbolehkan oleh pemerintah hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan wabah meluas. Proses ibadah, bulan Ramadhan dalam masa pandemi memberikan suasana yang berbeda, serta hasil akhir kualitas yang juga lebih terasa berat perjuangannya. Terlebih obat rindu berkumpul dengan orang tua sanak saudara, teman sahabat dalam kegembiraan saat berbuka ataupun pasca Ramadhan, silaturahim merayakan idul fitri sebagai hari kemenangan setelah menjalankan ujian berpuasa selama 1 bulan, menahan lapar dan haus, tidak bisa leluasa seperti biasa sebelum adanya pemberlakuan pembatasan sosial.

Produktivitas amal kebaikan menjadi hal yang utama untuk ditingkatkan khusus di bulan Ramadhan ada banyak keberkahan serta pelipatgandaan balasan kebaikan, serta ampunan Allah SWT, seperti dalam hadis diterangkan: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari No 38 dan Muslim No 760). Upaya menahan lapar dan haus, menjaga syahwat dan nafsu yang merusak kesucian diri adalah hal yang tidak mudah dilalui bagi mereka yang tidak memiliki ketangguhan hati untuk sungguh -sungguh melaksanakannya._____________anniversary setahun majalah seni

Proses ketangguhan ini merupakan ujian bagi mereka yang mengaku beriman (memiliki konsep kepatuhan kepada Tuhannya). Tuhan tidak akan membiarkan hambanya hanya sekedar mengaku beriman kepada-NYA tanpa ada ujian yang membuktikan hambanya benar-benar meraih kemenangan iman. Bahwa hanya kaum beriman yang mendapat ujian keimanan. Ada ungkapan dari seorang filsuf Yunani terkenal yang mengatakan: Hidup yang tak teruji tak layak dijalani, adalah sebuah diktum terkenal yang konon diucapkan oleh Socrates pada saat pengadilannya atas tuduhan menentang dewa dan merusak generasi muda, yang kemudian membuatnya dijatuhi hukuman mati, seperti yang dijelaskan dalam Apology, Plato (38a5-6), dikutip dari wikipedia. Hidup yang tak teruji tak layak dijalani. Sebagaimana dalam pesan Alqur’an: Al-Ankabut ayat 1-2 arti: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. #Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Menjadi suatu hikmah dibalik segala bentuk ujian yang dihadapi manusia, tentu menjadi bagian yang menyatu dalam setiap proses kehidupan dari segala aspek lahir dan batin kemanusiaannya, Aspek yang utuh dan lengkap tentang bagaimana memaknai proses kehidupan dalam alam kemanusiaan, penting dipahami perspektif mendasar unsur pokok dari subtansi dimensi fisik dan jiwa keberadaannya. Terus berkembang berorientasi menurut masing-masing kemampuan melewati berbagai tantangan serta ujian yang dirasakan, secara bertahap meningkatkan eksistensi peran universal hingga akhir waktu meraih kemenangan___________________Polres Serang Gelar Acara Syukuran Peringati Setahun Menempati Gedung Mapolres Serang

Perspektif mengenai eksistensi kebermaknaan, proses ujian menahan lapar dan haus serta kendali nafsu unsur dimensi fisik dan ruh yang dimiliki makhluk bernama manusia. Merupakan proses akumulasi manusia seutuhnya memiliki hasil akhir kualitas di puncak kesadaran jatidiri. Berkembangnya manusia-manusia berkualitas tahan uji kemudian menjadi kumpulan masyarakat bangsa yang tangguh serta mampu meraih kemenangan sempurna. Bahwa Kemenangan suatu bangsa diperoleh dari proses ketahanan lahir dan batin setiap individu manusia yang bersungguh-sungguh menjalani, menerima ujian serta bersabar atas perintah dan larangan Sang Maha Pencipta yaitu Tuhan semesta alam, maka perubahan akan diberikan sesuai apa yang diperjuangkan yaitu tentu suatu kemenangan hidup yang lebih bahagia, merdeka, sejahtera bahkan berdaulat atas segala anugerah yang diberikan Tuhan untuk dikelola secara tepat dan maksimal agar tetap memiliki orientasi kesadaran untuk tetap taat berada di jalan yang meneguhkan keimanan meraih perubahan hidup, diawali memperkaya perspektif pertahanan (fisik, intelektual, mental, spritual) setiap individu masyarakat dalam ikatan suatu bangsa adalah infrastruktur menuju kemenangan lahir dan batin. Bahwa kesadaran umum yang dimiliki manusia, secara luas atas keberhasilan menempa hidupnya adalah sebuah perspektif yang wajib dipelihara, ditanam secara kokoh dalam pikiran yang utuh dimensi fisik dan jiwanya.

Baca Juga :_______________ANNIVERSARY SETAHUN MAJALAH SENI

Akhirnya penulis mengambil suatu kesimpulan tentang perspektif bangsa Pemenang dapat ditegaskan penulis dengan mengutip perkataan Buya Safi’i Maarif: saya berharap bangsa Indonesia seluruhnya bisa bertahan sampai sehari sebelum kiamat dan itu hanya mungkin kalau semua elit (ekonomi, politik, agama) mau menjadi manusia siuman (sadar) secara moral, karena sampai saat ini, bangsa ini masih pingsan secara moral (Tahan uji dari godaan korupsi). Wallahu A’lam Bishawab.

Penulis Insan Pembelajar Indonesia

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Unggulan

LAINNYA