Leader Problem Solver Atau Problem Maker ?

Oleh: DR Enhaka, MM (Pegiat Sosial Kemasyarakatan di BSD) MediaBantenCyber.co.id – (MBC) Kota Tangerang Selatan, Salah satu fungsi seorang pemimpin yang penting adalah kemampuan memecahkan masalah atau problem solving. Karenanya di organisasi atau perusahaan yang baik biasanya diselenggarakan pelatihan problem solving untuk para atasan mulai dari supervisor ke atas. Agar di organisasi atau perusahaan tidak terjadi yang justru menyebabkan masalah adalah para atasan atau pimpinannya.  

Karena bisa terjadi para atasanlah sumber problem maker. Sangat ironis bila ada atasan yang tugasnya memajukan organisasi dengan memecahkan masalah-masalah, malah yang terjadi sebaliknya dia menjadi sumber masalah organisasi. Biasanya sumber penyebabnya adalah inkompetensi, tidak memiliki kecakapan, sehingga berdampak memunculkan kesalahan yang tidak perlu dan meresahkan. 

Contohnya narasi yang salah, penyampaian informasi ahistoris, pengambilan kesimpulan yang distorsif. Di dalam ilmu manajemen dikenal bahwa SDM yang inkompeten/tidak cakap akan menghasilkan output invalid/tidak sesuai  standar. Artinya SDM yang tidak memiliki kecakapan yang sesuai dengan jabatannya akan cenderung menghasilkan keluaran keputusan yang tidak sesuai harapan. Poin pentingnya kualitas SDM organisasi berbanding lurus dengan output atau produk yang dihasilkan. Apalagi kalau SDM itu levelnya adalah pimpinan organisasi.Problem

Mengapa?

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dinamis. Tandanya dinamis bila di organisasi itu terjadi proses perbaikan terus menerus. Begitu ada upaya perbaikan akan muncul masalah-masalah. Organisasi atau perusahaan yang tanpa masalah tanda lonceng kematian berbunyi. Organisasi atau perusahaan tersebut akan segera tamat. Karenanya adanya masalah adalah keniscayaan bagi organisasi atau perusahaan yang baik. Tentu saja masalahnya bukan terletak pada masalahnya. Tapi How to solve the problem and who should solve the problem? Bagaimana memecahkan masalah dan siapa yang harus memecahkan masalah?

Syarat Pokok Problem Solving 

Memecahkan masalah atau mencari solusi atas masalah memerlukan ketrampilan dan kecakapan. Namun agar bisa memecahkan problem dengan efektif komprehensif maka syarat pokoknya adalah memiliki level of thinking (tingkat berpikir) yang lebih tinggi dari masalahnya. Pemimpin yang efektif biasanya dipilih dari mereka yang telah memiliki jam terbang pengalaman atau pendidikan yang cukup sehingga dianggap memiliki tingkat berpikir di atas masalah yang dihadapi organisasi.

Contoh mudahnya bila ingin memiliki perusahaan ojek online yang kompetitif maka syarat pokoknya adalah mencari dulu calon pimpinan yang sudah memiliki jam terbang tinggi di bidang ojek online sehingga diyakini mampu memecahkan semua masalah yang nanti dihadapi. Cara paling mudah adalah membajak/merekrut top leader dari ojek online yang sedang menguasai pasar. Itupun belum jaminan organisasi bisa memenangkan persaingan. Masih banyak faktor lain. Namun jelas sekali pimpinan yang memiliki jam terbang cukup tinggi akan mudah mengidentifikasi masalah dan tahu cara mengatasinya. Dan memastikan masalah lama sudah selesai tidak akan muncul lagi problem.

Apa yang Terjadi Bila Pemimpin tidak Memiliki Level Of Thinking Lebih Tinggi dari Masalah?

Tanda yang paling sederhana dan terlihat dari tingkat berpikir pimpinan yang lebih rendah dari masalahnya adalah munculnya kembali masalah lama bukan masalah baru di organisasi. Tanda masalah lama adalah masalah yang tidak esensial dan tidak aktual lagi buat kemajuan organisasi. Isu-isu remeh temeh tidak penting dan tidak genting akhirnya menjadi agenda yang harus dihadapi organisasi. 

Sedangkan tanda adanya masalah baru yang menjadi ciri organisasi yang maju adalah agenda organisasi fokus pada isu-isu  organisasi yang strategis dan relevan yaitu persoalan yang berkaitan dengan menjawab tantangan untuk kemajuan organisasi : revitalisasi dan pengembangan organisasi, continoues improvement, perubahan strategi menghadapi persaingan dan lainnya.

Peran pemimpin organisasi yang maju adalah memastikan jalannya roda organisasi on the right track menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif bagi inovasi, fokus menuju pencapaian tujuan organisasi. Sekaligus mengambil langkah-langkah taktis bila terjadi deviasi dalam proses eksekusi program-program organisasi.

Sebaliknya pemimpin yang tidak kompeten akan mencari hal-hal tidak substantif yang bisa membuat dirinya terlihat dan terkesan penting. Dalam (organization behaviour) perilaku organisasi dikenal dikenal perilaku kompensasi dari seseorang. Orang tersebut akan cenderung melakukan sesuatu agar menarik perhatian orang lain untuk menunjukkan eksistensinya dengan tujuan agar tidak diketahui sisi kelemahannya.

Contohnya ada pimpinan yang lemah dalam pencapaian target organisasi maka dia akan menutupinya dengan menonjolkan program lainnya yang kadang tidak terkait langsung dengan tugas utamanya di organisasi. Bila kualitas pemimpinnya seperti itu tentu tidak mungkin diharapkan organisasinya akan mencapai keberhasilan apalagi membuat organisasinya maju.

Yang akan terjadi justru sebaliknya menganggap prestasi padahal hanya sensasi. Membuat pernyataan-pernyataan meresahkan, narasi tidak valid,  tidak substantif cuma jadi kontroversi publik yang tidak produktif.  Pimpinan seperti itu tipe problem maker bukan problem solver. Allahu A’lam bisshowab.(BTL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hello
Can we help you?
.